Tuesday, May 28, 2013

Ramadhan, "Piala Dunia" nya ibadah

Ramadhan kurang dari 2 bulan lagi, kalau kamu merasa menyambut Ramadhan memang perlu persiapan, ya ndak usah lanjut baca artikel ini, lanjutin aja persiapan Ramadhannya. Tapi kalau kamu merasa “Ah, ga perlu lah persiapan persiapan. Jalanin aja Ramadhan nanti apa adanya..” yaa ada baiknya luangkan sedikit waktu membaca artikel ini.

Ramadhan itu kaya Piala Dunia nya ibadah. Megah, meriah dan pastinya ndak mudah. Ini kompetisi dengan hadiah terbesar plus lawan terberat. Kalau Piala Dunia rival beratnya adalah tim dari negara lain, maka di Ramadhan kita akan menghadapi lawan yang paling sulit ditaklukkan, diri sendiri. Ramadhan memang tentang pengendalian diri. Tentang bagaimana menundukkan pandangan, menjaga prasangka, lisan, pikiran serta diri dari segala hal yang membatalkan (dan merusak) puasa, dan itu sangat berat.

Layaknya Piala Dunia maka peserta Ramadhan ini pun diseleksi. Kalau Piala Dunia hanya diikuti oleh 32 tim terbaik di dunia, maka Ramadhan hanya untuk mereka yang beriman. Jadi mereka yang ndak beriman ndak bisa ikut Ramadhan dong? Ya tentu saja bisa, tapi pastinya cuma sebagai penggembira. Kalau di Piala Dunia yang berpartisipasi bukan cuma tim Sepakbola kan? Ada penonton, sponsor dan lainnya, tapi yang akan dikalungi medali kemenangan cuma tim sepakbolanya. Bedanya adalah kalau Piala Dunia itu jelas yang mana penggembira dan peserta, sedang Ramadhan? Nyaris ga ada bedanya antara peserta dan penggembira.

Kalau ada cara sederhana yang mungkin bisa bedain mana (calon) peserta dan penggembira Ramadhan ya bisa dilihat dari cara mereka menyambut Ramadhan. Buat mereka yang beneran mau ikut Ramadhan pasti bakal persiapkan diri dengan serius dengan mulai membiasakan puasa, ibadah ibadah sunnah, mengaji. Buat mereka yang penggembira? ya mereka persiapin apapun selain beribadah heheheheh, tapi buat kalian yang ndak persiapin diri dan berniat cuma jadi penggembira, pikirkan ulang deh niat itu. Ramadhan ini hadiahnya sangat besar dan yang paling penting adalah ndak ada jaminan kita bakal bertemu Ramadhan lagi tahun depan. Ramadhan tahun lalu adalah yang terburuk buat ku dan itu memang aku sambut tanpa persiapan sama sekali, ujung ujungnya aku menjalani salah satu tahun terburuk dalam hidupku. Logikanya, dengan mempersiapkan diri aja belum tentu Ramadhan kita bakal sukses, apalagi sama sekali ndak mempersiapkan diri. Indikator suksesnya Ramadhan kita itu gampang kok, liat aja kelakuan kita di 11 bulan setelah Ramadhan.

Sekarang kembali ke bagaimana kita memaknai Ramadhan ini. Kalau kita memaknainya sebagai waktu buat kembali ke kampung halaman, ya persiapin ongkosnya dari sekarang. Kalau kita menganggap Ramadhan sebagai waktu yang tepat buat bisnis kuliner ya persiapin resep masakan dan lapaknya. Tapi kalau kita merasa ini adalah waktu terbaik buat meretas jalan ke surga ya mulailah membiasakan diri dengan ibadah. Ramadhan itu adalah kompetisi utama, jadi kalau mau pemanasan ya dari sekarang dan nanti pas Ramadhan langsung digeber ibadahnya. Kalau sekarang ga pemanasan dan nanti pas Ramadhan langsung digeber ya pasti kehabisan napas sebelum Ramadhannya selesai, tapi kalau nanti pas Ramadhan baru mau pemanasan ya keburu kelar Ramadhannya sebelum sempat digeber hehehehehe.

1 comment:

  1. Ya Allah berkahlah kami dibulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikanlah kami di bulan Ramadhan Amiin

    ReplyDelete