Bangsa kita bukanlah bangsa yang
terkenal dengan kemajuan peradabannya. Kita adalah bangsa muda yang masih
meraba raba cara membangun peradaban yang baik. Kita masih perlu belajar
banyak hal, belajar mengurus perekonomian, penegakan hukum, pendidikan sampai
mengontrol harga cabe merah. Tapi Tuhan tentulah Maha Adil, segala kekurangan
kita diimbangi dengan kemampuan kita untuk bisa survive disegala macam kondisi.
Entah berapa kali bangsa kita dihantam krisis hebat dan kita berhasil
melaluinya, atau mungkin lebih tepatnya menyesuaikan diri dengan krisis itu.
Kita bukanlah bangsa yang tahu caranya menghalau ombak, tapi kemampuan kita
berselancar diatasnya mungkin belum punya tandingan. Kita ada adalah ras yang
penuh kegembiraan dan pastinya kita adalah ras yang sangat percaya pada Tuhan.
Itulah kenapa kita begitu mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi.
Pemilu kali ini benar benar
menunjukkan bahwa sebagai sebuah ras bangsa kita harus banyak belajar untuk
membangun sebuah peradaban yang maju. Entah kenapa menurutku Pemilu kali ini
(sebenarnya hampir di setiap Pemilu sih) unsur kegembiraannya hampir hilang. Mungkin
karena hanya ada 2 calon yang maju, makanya perselisihan menjadi sedemikian
runcing. Perang berita yang menceritakan keburukan calon di seberang dan saling
sindir benar benar mewarnai isi media (cetak, elektronik dan sosial) di 2 bulan
belakangan ini. Dan kalaupun ada keceriaan itu hanya ada saat salah satu kubu
(merasa) sukses menghina kubu yang lain. Ciri ras kita yang gembira nyaris
hilang ditelan gemuruh Pemilu ini. Padahal ini pesta kita, pesta harusnya
membawa keceriaan membawa kebahagiaan.
Untungnya kita masih punya 1
potensi terbesar kita, percaya Tuhan. Inilah menurutku modal terbesar kita
sebagai sebuah ras. Sungguh hanya karena kehendak Tuhan lah ras kita yang
nyaris terkebelakang ini belum punah sampai sekarang, dan Tuhan sekali lagi
menunjukkan kasih sayangNya pada kita lewat Pemilu kali ini. Sepanjang sejarah
Indonesia, sejak Pemilu pertama tahun 1955 baru kali ini Pemilu diadakan
didalam bulan Ramadhan, itu yang paling membuat Pemilu kali ini teramat
istimewa. Bulan Ramadhan adalah bulan yang membawa keceriaan bagi mereka yang
percaya Tuhan. Ya ini bulan untuk ras kita, ras yang gembira, ras yang percaya
Tuhan.
Kita (sayangnya hanya) punya dua
pilihan di Pemilu kali ini. Uniknya kedua pasangan sangat berbeda bukan
hanya dari karakter dan latar belakang, tapi juga dengan program program yang
dibawakan serta cara pandang mereka terhadap permasalahan bangsa kita, dan selama 2
bulan ini kita sudah dibombardir dengan segala berita (positif dan negatif)
tentang kedua pasangan Capres dan Cawapres kita. Ada yang benar, mungkin benar
dan dibuat seolah olah benar. Tentunya logika kita sudah lelah dengan segala
informasi itu. Sekarang saatnya kita meminta Tuhan untuk menyimpulkan segala
yang logika kita tak mampu menjangkaunya, dengan doa.
Besok adalah puncak dari segala
gemuruh Pemilu ini (semoga tidak ada putaran 2). Malam ini teman, di malam
Ramadhan yang selalu diliputi kemuliaan, mintalah kepada Tuhan... Tidak peduli
apapun agamamu, mintalah..., bukankah kasihNya tanpa batas?. Mintalah dengan
penuh pengharapan, pemimpin yang amanah. Pemimpin yang tidak hanya melihat kita
sebagai lumbung suara, Pemimpin yang mampu melihat kita sebagai mitra, sebagai
saudara. Pemimpin gembira bergembira bersama kita dan yang paling penting,
pemimpin yang bisa menjadi tauladan kita dalam memuliakan Tuhan.
Semoga Allah merahmati Negara
kita, Bangsa kita, Ras kita. Indonesia.
Amiin.