Tuesday, July 8, 2014

Ras yang gembira dan percaya Tuhan



Bangsa kita bukanlah bangsa yang terkenal dengan kemajuan peradabannya. Kita adalah bangsa muda yang masih meraba raba cara membangun peradaban yang baik. Kita masih perlu belajar banyak hal, belajar mengurus perekonomian, penegakan hukum, pendidikan sampai mengontrol harga cabe merah. Tapi Tuhan tentulah Maha Adil, segala kekurangan kita diimbangi dengan kemampuan kita untuk bisa survive disegala macam kondisi. Entah berapa kali bangsa kita dihantam krisis hebat dan kita berhasil melaluinya, atau mungkin lebih tepatnya menyesuaikan diri dengan krisis itu. Kita bukanlah bangsa yang tahu caranya menghalau ombak, tapi kemampuan kita berselancar diatasnya mungkin belum punya tandingan. Kita ada adalah ras yang penuh kegembiraan dan pastinya kita adalah ras yang sangat percaya pada Tuhan. Itulah kenapa kita begitu mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi.  
 
Pemilu kali ini benar benar menunjukkan bahwa sebagai sebuah ras bangsa kita harus banyak belajar untuk membangun sebuah peradaban yang maju. Entah kenapa menurutku Pemilu kali ini (sebenarnya hampir di setiap Pemilu sih) unsur kegembiraannya hampir hilang. Mungkin karena hanya ada 2 calon yang maju, makanya perselisihan menjadi sedemikian runcing. Perang berita yang menceritakan keburukan calon di seberang dan saling sindir benar benar mewarnai isi media (cetak, elektronik dan sosial) di 2 bulan belakangan ini. Dan kalaupun ada keceriaan itu hanya ada saat salah satu kubu (merasa) sukses menghina kubu yang lain. Ciri ras kita yang gembira nyaris hilang ditelan gemuruh Pemilu ini. Padahal ini pesta kita, pesta harusnya membawa keceriaan membawa kebahagiaan.


Untungnya kita masih punya 1 potensi terbesar kita, percaya Tuhan. Inilah menurutku modal terbesar kita sebagai sebuah ras. Sungguh hanya karena kehendak Tuhan lah ras kita yang nyaris terkebelakang ini belum punah sampai sekarang, dan Tuhan sekali lagi menunjukkan kasih sayangNya pada kita lewat Pemilu kali ini. Sepanjang sejarah Indonesia, sejak Pemilu pertama tahun 1955 baru kali ini Pemilu diadakan didalam bulan Ramadhan, itu yang paling membuat Pemilu kali ini teramat istimewa. Bulan Ramadhan adalah bulan yang membawa keceriaan bagi mereka yang percaya Tuhan. Ya ini bulan untuk ras kita, ras yang gembira, ras yang percaya Tuhan.

Kita (sayangnya hanya) punya dua pilihan di Pemilu kali ini. Uniknya kedua pasangan sangat berbeda bukan hanya dari karakter dan latar belakang, tapi juga dengan program program yang dibawakan serta cara pandang mereka terhadap permasalahan bangsa kita, dan selama 2 bulan ini kita sudah dibombardir dengan segala berita (positif dan negatif) tentang kedua pasangan Capres dan Cawapres kita. Ada yang benar, mungkin benar dan dibuat seolah olah benar. Tentunya logika kita sudah lelah dengan segala informasi itu. Sekarang saatnya kita meminta Tuhan untuk menyimpulkan segala yang logika kita tak mampu menjangkaunya, dengan doa.

Besok adalah puncak dari segala gemuruh Pemilu ini (semoga tidak ada putaran 2). Malam ini teman, di malam Ramadhan yang selalu diliputi kemuliaan, mintalah kepada Tuhan... Tidak peduli apapun agamamu, mintalah..., bukankah kasihNya tanpa batas?. Mintalah dengan penuh pengharapan, pemimpin yang amanah. Pemimpin yang tidak hanya melihat kita sebagai lumbung suara, Pemimpin yang mampu melihat kita sebagai mitra, sebagai saudara. Pemimpin gembira bergembira bersama kita dan yang paling penting, pemimpin yang bisa menjadi tauladan kita dalam memuliakan Tuhan.
Semoga Allah merahmati Negara kita, Bangsa kita, Ras kita. Indonesia.
Amiin.

*)Kali ini gambar berasal dari dokumen pribadi 

No comments:

Post a Comment