Barangkali selain pada Nabi dan
Rasul, hanya Ibu lah makhluk yang membuat Tuhan “tersenyum” pada saat
menciptakannya. Ibu adalah masterpiece Tuhan yang dilengkapi spesifikasi yang luar
biasa tinggi. Makhluk mulia ini diciptakan memiliki senyum tanpa syarat yang
meneduhkan, belaian lembut nan menenangkan, kemampuan multitasking yang diluar
akal sehat dan pastinya kesabaran tanpa tepi. Pasti bukan sekali dua kalian
mendengar seorang janda yang mampu membesarkan belasan anaknya seorang diri
dengan baik tapi ‘tak pernah mendengar kisah yang sama terjadi pada seorang
duda.
Bagi kalian yang menemani Istri
saat melahirkan pasti mafhum kenapa ayah baru disebut Rasulullah setelah nama
Ibu disebut 3 kali, dan hebatnya rasa sakit yang luar biasa saat melahirkan itu
tidak mencegah seorang Ibu untuk mempunyai anak lagi. Untunglah selain
menganugrahi sifat sabar, Tuhan juga menyisipkan sifat lupa pada Ibu. Entah apa
jadinya peradaban manusia kalau Ibu selalu ingat rasa sakit saat melahirkan
itu.
Ibu memang makhluk yang tidak
masuk akal.
Begitu juga Ibuku....
Entah kebesaran hati macam apa
yang Ibuku punya saat merelakan kami anak anaknya merantau. Setelah menjadi orangtua
aku sadar kalau hal yang paling menyenangkan bagi orang tua adalah berkumpul bersama anak anaknya.
Bercengkrama, memeluk dan mencium pipi dan kening mereka adalah anugrah tak
tergantikan setiap hari. Tiap detik tidak bersama anak anak adalah kerinduan
sekaligus kecemasan yang menyiksa. Saat ini aku baru sadar betapa tersiksanya
Ibuku saat kami anak anaknya pamit dari rumah untuk merantau. Tapi mungkin
itulah sebabnya Tuhan meletakkan surga dibawah telapak kaki Ibu dan menjadikan
ridha seorang Ibu (orangtua) menjadi ridhaNya, agar setiap anak tahu saat izin
Ibu sudah didapatkan maka kemudahan dari Tuhan pun akan turun dan begitupun
sebaliknya.
Aku menyadari sepenuhnya, apa
yang telah kudapatkan selama masa perantauan ini bukanlah pencapaianku,
bukanlah usahaku. Ini adalah buah doa tanpa putus dari Ibuku. Doa yang
menguatkan hatinya saat cemas melanda, saat rindu menyiksa. Ibu memang selalu mengharapkan yang terbaik untuk anaknya tanpa berharap balas jasa atau apapun. Itulah kenapa kalimat yang lazim diucapkan Ibu adalah "Aku sayang padamu" bukan "Aku bangga padamu".
Selamat Ulang tahun Ma,
Terima kasih untuk belaian lembut
di kepala kami,
untuk semua perjalanan yang
mengenalkan dunia kepada kami,
untuk semua semangat yang meneguhkan
kami,
untuk semua ketulusan yang
meyakinkan kami bahwa restu Allah selalu ada dalam setiap izinmu,
semoga Allah selalu melimpahkan
keberkahan pada Mama dan Papa, pada keluarga kita.
Amiin.
Dari anak anak mu yang selalu
sembuh saat dibelai kepalanya
Adi & Riri.
*)Ma, Mama tahu tidak pernah mudah
buat kami mengucapkan secara langung selamat ulang tahun untuk Mama. Kami ndak
kuat menahan haru nya Ma. Karena itu tulisan ini ada Ma, walaupun sudah lewat 5
hari (maaf ya Ma hehehehe).
Gambar diambil dari lifehack.org dan masih tanpa izin
No comments:
Post a Comment