Tuesday, August 19, 2014

Bukan, ini bukan Tulus yang suka pakai kacamata hitam



Sejak kemunculan Padi, rasanya belum ada musisi Indonesia yang benar benar membuat saya jatuh cinta (kecuali mungkin... Raisa ehm). Setelah kemunculan Padi memang ada banyak musisi bagus semisal Sheila On 7, Nidji, Peter Pan/Noah, Naif ataupun Afghan,  tapi tidak ada yang musiknya benar benar menyentuh kehidupan saya dan membuat saya sangat tergila gila seperti halnya pada Padi. Sampai telinga saya disapa lagu Sewindu dari pemuda gempal bernama Tulus.

Sebagian dari kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan nama ini, bahkan mungkin musiknya sudah menyentuh kehidupan kalian. Sejak album keduanya- Gajah- dirilis, suara Tulus nyaris setiap hari ada di radio. Dia bahkan menjadi bintang tamu di acara mainstream Panggung Spektakuler Indonesian Idol 2014. Bukan pencapaian buruk untuk seseorang yang memilih mengedarkan albumnya secara indie.

Apa yang membuat Tulus begitu istimewa di telinga saya? Cara bernyanyi  yang sederhana, dan lirik yang “dipikirin”. Yang saya maksud sebagai cara menyanyi yang sederhana adalah teknik yang membuat kita pendengarnya berpikir “kayanya saya bisa nih nyayi kaya gini”, walaupun setelah dicoba ternyata sangat sulit. Tulus ini menurut saya orang yang kalau bicara biasa aja sudah terdengar merdu, merdu yang natural. Teknik bernyanyi pria asal Sumatera Barat ini tidak seribet Afgan atau Vidi Aldiano, yang justru menjadi kelebihan penyayi yang sudah melepas 2 album ini.

Kalau lirik yang “dipikirin”.... kayanya semenjak lepas dari era 90’an lirik lirik musik Indonesia menjadi kurang puitis, kurang “dipikirin” kalau istilah saya. Di lagu lagu Tulus saya mendengar lagi puisi dalam tiap liriknya, setiap lirik terasa direncanakan, dirancang agar terdengar indah, pokoknya liriknya “dipikirin”. Mungkin tidak sepuitis lirik lirik di era 60-70 an, tapi rasanya pas dengan masa sekarang.


Ada banyak lagu lagu bagus di kedua album Tulus, bahkan kalau boleh saya bilang semua lagu di album Tulus sangat layak didengar (terutama di album pertama: Tulus). Lagu lagu semacam Teman Pesta, Diorama, Tuan Nona Kesepian di album Tulus, atau Lagu Untuk Matahari, Baru dan Satu Hari di Bulan Juni pada album kedua yang bertajuk Gajah, adalah lagu lagu yang tetap menyenangkan meski telah didengar puluhan kali.  Lagu lagu Tulus juga memberi pengertian baru tentang lagu romantis bagi saya. Sejak menikah, rasanya tidak ada lagi lagu yang cukup romantis buat saya. Sampai kemudian saya mendengar track Teman Hidup (ini track dengan video klip terbaik) dan Jangan Cintai Aku Apa Adanya. Kecerdasan Tulus meramu kekuatan lirik dengan harmoni nada terlihat jelas di lagu Sewindu. Lagu cinta yang sebenarnya “tragis” ini bisa diramu sedemikian rupa hingga terdengar ceria.

Tapi dari semua track pada album Tulus dan Gajah, buat saya yang menjadi juaranya adalah track yang juga menjadi judul album kedua : Gajah. Lagu ini buat saya adalah salah satu yang paling cerdas dan paling menyentuh yang pernah saya dengar. Lagu ini memberitahu pendengarnya tentang siapa sebenarnya Tulus. Semua tentang lagu ini ,lirik, penghayatan dan komposisi begitu harmonis. Lagu yang bercerita (menurut interpretasi saya) tentang bagaimana seorang Tulus bangkit dari cemoohan masa kecil akibat postur tubuhnya yang seperti gajah ini bisa menjadi inspirasi bagi siapapun yang mengalami cerita yang sama.

Bagi saya pribadi, kenapa saya suka Tulus adalah karena lirik liriknya yang menyentuh kehidupan saya secara personal. Teman Pesta, Teman Hidup, Jangan Cintai Aku Apa Adanya adalah lagu lagu yang saya bisa nyanyikan pada Istri saya dengan penghayatan yang tidak dibuat buat. Sedang Sewindu, Gajah dan Lagu Untuk Matahari membuat saya bisa tersenyum mengenang masa sulit dalam hidup saya. Mungkin kalian juga akan merasakan hal yang sama saat mendengarkan 2 album Tulus ini. Saya memberi nilai 9 dari 10 untuk album pertama Tulus dan nilai 8,5 untuk album kedua. Bukan karena kualitasnya menurun tapi karena album kedua saya dapatkan dari download gratis yang pastinya illegal. Bukan karena nggak mau beli, tapi karena nyari CD nya di Makassar susah (alesan aja hehehehe). Jadi untuk pengalaman terbaik mendengarkannnya, belilah CD original.

Setelah 10 tahun lalu musik Indonesia diguncang lagu berjudul Tulus, tahun ini seorang penyayi bernama yang sama siap menjadi fenomena baru di dunia musik Indonesia, hanya saja Tulus yang ini tidak suka pakai kacamata hitam.

Sumber gambar : Wikipedia 

No comments:

Post a Comment